FSIKOLOGI KELUARGA
1.
Konsep
keluarga dalam al qur’an
Konsep
keluarga menurut Islam secara substansial tidak begitu berbeda dengan bentuk
konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum Islam yaitu membentuk rumah tangga
yang bernafaskan Islam, yang mawaddah wa rahmah. Hanya pada poin-poin tertentu
yang memberi penekanan yang lebih dalam pelaksanaannya, seperti hal-hal yang
menyangkut tentang hak dan kewajiban atau peran suami-istri di dalam rumah
tangga.
Islam mempunyai suatu
karakter sosial
mendasar dan keluarga adalah inti masyarakatnya. Islam cenderung memandang keluarga sebagai sesuatu yang
mutlak baik yang mendekati suci. Disamping memberikan ketentraman dan dukungan
timbal balik dan saling pengertian antara suami istri. Namun islam mempunyai
peranan yang lebih hakiki pada keluarga, dalam sistem keluarga itulah kaum muslim
mendapatkan pembinaan agama, mengembangkan watak moralnya, menegakkan hubungan
sosial yang akrab dan memelihara kesetiaan baik kepada
keluarga maupun kepada masyarakat pada umumnya.
Tujuan keluarga dalam islam:
1)
Kemuliaan keturunan
2)
Menjaga diri dari syetan
3)
Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan
4)
Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan
bersama-sama
5)
Melaksanakan hak- hak keluarga
6)
Pemindahan kewarisan
2. Memilih
pasangan
Memilih pasangan
berarti memilih seseorang yang diharapkan dapat menjadi teman hidup, seseorang
yang dapat menjadi rekan untuk menjadi orang tua untuk anak-anak mereka
kelak (liken dan tellegen, 1993).
Pemilihan pasangan yang dilakukan individu, biasanya didasari dengan memilih
calon yang dapat melengkapi apa yang dibutuhkan dari individu tersebut dan
berdasaarkan suatu pemikiran bahwa seorang individu akan memilih pasangan yang
dapat melengkapi kebutuhan yang diperlukan (degenova)
Memilihan
pasangan adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjadi teman
hidupnya melalui proses pemilihan dari seseorang yang dianggap tidak tepat
sampai akhirnya terpilih calon pasangan hidup yang tepat menurut individu
tersebut.
Factor yang mempengaruhi pemilihan
pasangan:
1) Latar
belakang keluarga
2) Kelas
sosio ekonomi
3) Pendidikan
dan inteligensi
4) Agama
Proses
pemilihan pasangan:
A. Area
yang ditentukan (the field of eligibles)
B. Kedekatan(propinquity)
C. Daya
tarik (atraction)
D. Homogamy dan heterogamy
E. Kecocokan
(compability)
Namun untuk mencapai pernikahan , islam mensyariatkan terlebih dahulu untuk meminang (khitbah).
Dalam hal ini diletakkan dasar-dasar untuk menetapkan memilih pasangan hidup,
sebagaimana yang menjadi kecenderungan manusia pada umumnya. Akhirnya rumah
tangga yang terbentuk merupakan tujuan ideal suami istri. Kesalahan awal dalam
memilih pasangan akan membawa resiko pada masa-masa berikutnya bagi kehidupan
rumah tangga yang bersangkutan.
3. Problematika Keluarga yang Menimbulkan
Konflik Terhadap Keluarga
Perkawinan adalah sebuah hubungan dan
ikatan lahir dan batin yang
harus di pertahan setiap individu, keharmonisan dalam keluarga sangatlah urgen
guna untuk membina suatu hubungan yang sehat, apa bila keharmonisan dalam rumah
tangga akan hilang maka akan berdampak negative bagi masa depan suatu keluarga.
Ada pun factor-faktor yang menyebabkan suatu keluarga itu kurang lah baik
adalah sebagai berikut
1. Kurangnya
komunikasi yang baik antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
2. Terjadinya
perselingkuhan antara dua belah pihak,
3. Faktor
ekonomi
4. Faktor
kekerasan dalm rumahtangga (KDRT)
5. Terjadinya
perbedaan pendapat antara kedua belah
pihak sehingga menimbulkan konflik
Faktor-faktor tersebutlah yang acapkali menimbulkan konflik dan problematika
dalam keluarga yang berujung pada perceraian dan pemutusan ikatan perkawinan.
4. Bahaya
rokok pada keluarga
Sebagai masyarakat yang sadar akan
kesehatan, maka kita harus melakukan sesuatu dalam mensosialisasikan bahaya
merokok. Semua pihak, baik itu orang tua, guru, masyarakat dan juga pemerintah
harusnya melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok bagi pelajar sesuai dengan kemampuan dan kondisi
masing-masing. Sosialisasi yang dilakukan harus benar-benar riil dan masuk
kealam bawah sadar para pelajar.
Perilaku anak berkiblat
pada lingkungan sekitarnya, terutama orang tua, sehingga tidak jarang orang tua yang merokok pasti
anaknya akan ikut merokok juga. Rokok bukan hanya
menggerogoti kesehatan, tetapi juga menghancurkan perekonomian keluarga, tidak
jarang seorang anak meniru sesuatu hal yang mereka lihat dari lingkungan
terdekatnya, seperti keluarga, namun sayang, bila contoh buruk yang diberikan
dari pihak keluarga, tidak ada sutu bentuk peraturan yang dapat menjatuhkan
hukuman dalam hal tersebut, padahal kebiasaan buruk seperti merokok tersebut
bias berdampak panjang bagi seorang anak.
Cara yang paling baik adalah memberikan pemahaman yang benar kepada
orang tua, ini merupakan punishment secara halus, kalau sang orang tua
memahami, pasti dia akan berhenti merokok didepan anaknya atau paling tidak
meminimalisir kebiasaan tersebut. “ maka punishment yang paling baik adalah
pemahaman yang benar-benar memahami efek dari rokok, terutama bagi anak-anak ,
secara otomatis, bila sang orang tua sudah tahu akan bahaya rokok bagi seorang
anak dan dia memang sayang kepada anaknya maka dia tidak akan melakukan
kegiatan merokok didepan anak-anaknya.” Dan sosialisasi kepada anak-anak akan
bahaya merokok yang paling ampuh bias dimulai dari keluarga dan sekolah, karena
anak berada dalam kedua lingkungan tersebut.
5. Komunikasi
Dalam Keluarga
Komunikasi didalam
keluarga bias juga diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka
setiap hal dalam keluarga baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, juga
siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang
dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Komunikasi keluarga
adalah proses berbagai atau menggunakan informasi secara bersama antara orang
tua dan anak, sehingga akan menimbulkan pengertian yang mendalam karena
komunikasi dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting, maka hal ini tidak
boleh dianggap sederhana.
Tujuan komunikasi antar pribadi dalam
keluarga yaitu sebagai berikut
1) Untuk
mendapat perspektif baru dalam lebih memahami dan sikap diri diantara anggota
keluarga
2) Untuk
lebih memahami keluarga kondisi keluarga yang lebih baik
3) Menciptakan
dan memelihara hubungan yang lebih bermakna
4) Mengubah
sikap dan prilaku anggota keluarga
5) Bercengkrama
untuk memberi suasana melepas ketegangan
dan kejenuhan
Adapun usaha-usaha
untuk menciptakan suasana yang komunikatif yaitu
meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama menciptakan antara anggota
keluarga. Bagaimanapun tidak ada seorang yang dapat menjalin komunikasi dengan baik bila mereka
tidak pernah bertemu atau bercakap bersama-sama. Bagaimanapun sibuknya orang
tua bekerja. Mereka harus menyediakan
waktu untuk berkomunikasi dengan anak anaknya, misalnya saat menonton televisi
bersama dihari libur, saat makan malam bersama atau selesai shalat subuh
berjamaah. Saat-saat seperti inilah suasana komunikatif antara orang tua dan
anak dapat tercipta meskipun dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi kualitas
pertemuan itulah yang terpenting bukan lamanya waktu pertemuan tersebut.