iklan

Jumat, 29 Agustus 2014

Fisikologi Keluarga


FSIKOLOGI KELUARGA


1.    Konsep keluarga dalam al qur’an
Konsep keluarga menurut Islam secara substansial tidak begitu berbeda dengan bentuk konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum Islam yaitu membentuk rumah tangga yang bernafaskan Islam, yang mawaddah wa rahmah. Hanya pada poin-poin tertentu yang memberi penekanan yang lebih dalam pelaksanaannya, seperti hal-hal yang menyangkut tentang hak dan kewajiban atau peran suami-istri di dalam rumah tangga.
Islam mempunyai suatu karakter sosial mendasar dan keluarga adalah inti masyarakatnya. Islam cenderung   memandang keluarga sebagai sesuatu yang mutlak baik yang mendekati suci. Disamping memberikan ketentraman dan dukungan timbal balik dan saling pengertian antara suami istri. Namun islam mempunyai peranan yang lebih hakiki pada keluarga, dalam sistem keluarga itulah kaum muslim mendapatkan pembinaan agama, mengembangkan watak moralnya, menegakkan hubungan sosial yang akrab dan memelihara kesetiaan baik kepada keluarga maupun kepada masyarakat pada umumnya.

Tujuan keluarga dalam islam:
1)      Kemuliaan keturunan
2)      Menjaga diri dari syetan
3)      Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan
4)       Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan bersama-sama
5)      Melaksanakan hak- hak keluarga
6)       Pemindahan kewarisan


2. Memilih pasangan
Memilih pasangan berarti memilih seseorang yang diharapkan dapat menjadi teman hidup, seseorang yang dapat menjadi rekan untuk menjadi orang tua untuk anak-anak mereka kelak  (liken dan tellegen, 1993). Pemilihan pasangan yang dilakukan individu, biasanya didasari dengan memilih calon yang dapat melengkapi apa yang dibutuhkan dari individu tersebut dan berdasaarkan suatu pemikiran bahwa seorang individu akan memilih pasangan yang dapat melengkapi kebutuhan yang diperlukan (degenova)
Memilihan pasangan adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjadi teman hidupnya melalui proses pemilihan dari seseorang yang dianggap tidak tepat sampai akhirnya terpilih calon pasangan hidup yang tepat menurut individu tersebut.
Factor yang mempengaruhi pemilihan pasangan:
1)      Latar belakang keluarga
2)      Kelas sosio ekonomi
3)      Pendidikan dan inteligensi
4)      Agama
Proses pemilihan pasangan:
A.    Area yang ditentukan (the field of eligibles)
B.     Kedekatan(propinquity)
C.     Daya tarik (atraction)
D.     Homogamy dan heterogamy
E.     Kecocokan (compability)
        Namun untuk mencapai pernikahan , islam mensyariatkan terlebih dahulu untuk meminang (khitbah). Dalam hal ini diletakkan dasar-dasar untuk menetapkan memilih pasangan hidup, sebagaimana yang menjadi kecenderungan manusia pada umumnya. Akhirnya rumah tangga yang terbentuk merupakan tujuan ideal suami istri. Kesalahan awal dalam memilih pasangan akan membawa resiko pada masa-masa berikutnya bagi kehidupan rumah tangga yang bersangkutan.



3. Problematika Keluarga yang Menimbulkan Konflik Terhadap Keluarga    
            Perkawinan adalah sebuah hubungan dan ikatan lahir dan batin yang harus di pertahan setiap individu, keharmonisan dalam keluarga sangatlah urgen guna untuk membina suatu hubungan yang sehat, apa bila keharmonisan dalam rumah tangga akan hilang maka akan berdampak negative bagi masa depan suatu keluarga. Ada pun factor-faktor yang menyebabkan suatu keluarga itu kurang lah baik adalah sebagai berikut
1.      Kurangnya komunikasi yang baik antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
2.      Terjadinya perselingkuhan antara dua belah pihak,
3.      Faktor ekonomi
4.      Faktor kekerasan dalm rumahtangga (KDRT)
5.      Terjadinya perbedaan pendapat antara kedua belah pihak sehingga menimbulkan konflik
Faktor-faktor tersebutlah yang acapkali menimbulkan konflik dan problematika dalam keluarga yang berujung pada perceraian dan pemutusan ikatan perkawinan.

4. Bahaya rokok pada keluarga
           Sebagai masyarakat yang sadar akan kesehatan, maka kita harus melakukan sesuatu dalam mensosialisasikan bahaya merokok. Semua pihak, baik itu orang tua, guru, masyarakat dan juga pemerintah harusnya melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok bagi  pelajar sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Sosialisasi yang dilakukan harus benar-benar riil dan masuk kealam bawah sadar para pelajar.
Perilaku anak berkiblat pada lingkungan sekitarnya, terutama orang tua, sehingga tidak jarang orang tua yang merokok pasti anaknya akan ikut merokok juga. Rokok bukan hanya menggerogoti kesehatan, tetapi juga menghancurkan perekonomian keluarga, tidak jarang seorang anak meniru sesuatu hal yang mereka lihat dari lingkungan terdekatnya, seperti keluarga, namun sayang, bila contoh buruk yang diberikan dari pihak keluarga, tidak ada sutu bentuk peraturan yang dapat menjatuhkan hukuman dalam hal tersebut, padahal kebiasaan buruk seperti merokok tersebut bias berdampak panjang bagi seorang anak.
        Cara yang paling baik adalah memberikan pemahaman yang benar kepada orang tua, ini merupakan punishment secara halus, kalau sang orang tua memahami, pasti dia akan berhenti merokok didepan anaknya atau paling tidak meminimalisir kebiasaan tersebut. “ maka punishment yang paling baik adalah pemahaman yang benar-benar memahami efek dari rokok, terutama bagi anak-anak , secara otomatis, bila sang orang tua sudah tahu akan bahaya rokok bagi seorang anak dan dia memang sayang kepada anaknya maka dia tidak akan melakukan kegiatan merokok didepan anak-anaknya.” Dan sosialisasi kepada anak-anak akan bahaya merokok yang paling ampuh bias dimulai dari keluarga dan sekolah, karena anak berada dalam kedua lingkungan tersebut.

5. Komunikasi Dalam Keluarga
Komunikasi didalam keluarga bias juga diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Komunikasi keluarga adalah proses berbagai atau menggunakan informasi secara bersama antara orang tua dan anak, sehingga akan menimbulkan pengertian yang mendalam karena komunikasi dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting, maka hal ini tidak boleh dianggap sederhana.
Tujuan komunikasi antar pribadi dalam keluarga yaitu sebagai berikut
1)      Untuk mendapat perspektif baru dalam lebih memahami dan sikap diri diantara anggota keluarga
2)      Untuk lebih memahami keluarga kondisi keluarga yang lebih baik
3)      Menciptakan dan memelihara hubungan yang lebih bermakna
4)      Mengubah sikap dan prilaku anggota keluarga
5)      Bercengkrama untuk memberi  suasana melepas ketegangan dan kejenuhan
Adapun usaha-usaha untuk menciptakan suasana yang komunikatif yaitu meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama menciptakan antara anggota keluarga. Bagaimanapun tidak ada seorang yang dapat menjalin komunikasi dengan baik bila mereka tidak pernah bertemu atau bercakap bersama-sama. Bagaimanapun sibuknya orang tua bekerja. Mereka  harus menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak anaknya, misalnya saat menonton televisi bersama dihari libur, saat makan malam bersama atau selesai shalat subuh berjamaah. Saat-saat seperti inilah suasana komunikatif antara orang tua dan anak dapat tercipta meskipun dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi kualitas pertemuan itulah yang terpenting bukan lamanya waktu pertemuan tersebut.


Share:
Copyright © ILMU HUKUM | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com|Distributed By Blogger Templates20